Monday, June 9, 2014

Ekspresi (Untuk Dikenang) Menyambut Bulan Ramadhan




Semerbak harum Aroma  bulan suci  Ramadhan sudah menusuk qalbu, gegap gempita menyelimuti semua insan muslim, anak kecil maupun dewasa menyambut bulan mulia ini. Dikampung-ku mempunyai tradisi khusus untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Konon orang dahulu, jauh sebelum datang bulan Ramadhan ada woro-woro bahwa bulan suci akan datang  agar semua mempersiapkan diri,  jauh-jauh hari sehingga tatkala masuk bulan seribu bulan ini mereka sudah siap tempur melawan hawa nafsu dan angkara murka.


Pertengahan bulan Sya’ban masyarakat bersama-sama berziarah ke makam para sanak family dengan wajah yang ceria, para kaum hawa shopping di pasar musiman yang digelar. Pasar ini lengkap dengan komoditi pokok yang dikonsumsi masyarakat, utamanya pasar hewan seperti kambing, sapi dan lainnya. Di pinggiran desa..

Disamping shopping, pasar ini merupakan tempat transaksi yang sangat setrategis, masyarakat tumplek-blek disitu (tambeng). Kiranya musim seperti itu merupakan musim rezeki bagi penduduk daerah tambeng, dan daerah lainnya. Momen seperti ini tidak disia-siakan oleh mereka untuk dijadikan sebagai modal menjelang Ramadhan. Begitulah kiranya suasana dan model persiapan menyambut bulan suci Ramadhan di desa buana.

Selain itu, masyarakat seolah tidak ada yang terbebani, dengan sadar dan penuh keikhlasan mereka menyiapkan “ambeng”—sejenis tumpeng yang disajikan di masjid/musola, sebelum itu biasanya dimulai dengan do’a bersama, membaca surat yasin tan tahlil bersama.

Wajah ceria semua jama’ah menghiasi pemandangan yang melebihi apapun, guyup rukun tidak ada beda sikaya setengah kaya dan si miskin, disini tidak ada artinya status sosial itu., seolah semua lupa dengan status yang berbeda itu, mereka menaggalkan status masing-masing, berbaur saling jabat tangan dan mendoakan satu sama lain., sungguh indah pemandangan itu (harmoni), membawa prinsip ukhuwah.  

Dahulu, sekarang maupun yang akan datang….

Itu semua membentuk tradisi atau tamaddun (peradaban) yang akan selalu ada selama masih menjunjung tinggi ukhuwah. Dahulu masyarakat berbuka puasa di masjid-masjid yang mempunyai tanah wakaf, mereka berbondong-bondong datang ke masjid sebelum maghrib untuk membaca al-Quran dan mendengarkan pengajian, setelah dikumandangkan adzan maghrib kurma-kurma itu dibagikan kepada semua yang hadir untuk berbuka puasa.

Hyah pemandangan depan rumah nenek  itu yang sekarang aku rindukan…

Orang yang sudah berkeluarga, sebelum datang bulan Ramadhan biasanya menyiapkan makanan yang enak, lezat dan istimewa sesuai dengan seleranya masing-masing, tidak ketinggalan KURMA,.  

Semua itu mereka persiapkan jauh-jauh hari sebelum Ramadhan, tidak ayal lagi jika makanan tersebut mereka usung dari luar negeri seperti India dan negeri kita (Indonesia) tercinta, bukan hanya itu mainan anak-anak seperti boneka dan lainnya juga mereka datangkan, semua dilakukannya sebagai persiapan menjelang bulan suci Ramadhan.

Anak-anak mencari bamboo untuk membuat tontongan untuk membangunkan warga yang mau masak dan saur…

Saur…. Saur….. saur…. Saur….

Demikian suara polos anak-anak pinggiran peradaban…

Masih ingat betul dalam memoriku, betapa senangnya tradisi yang hidup di sebuah desa kecil  yang jauh dari  peradaban, namun begitu membekas dalam diriku. Akan selalu ku kenang wahai desa kecil yang membesarkan dan menemaniku hingga kini, semoga engkau subur selalu, hijau tidak dimakan oleh ulat-ulat yang rakus dan haus akan harta…


Akhirnya,marilah kita sambut bulan Ramadhan yang sudah di ambang pintu ini dengan gembira dan suka cita. Marilah kita mempersiapkan diri untuk beribadah dengan optimal pada Ramadhan ini. Kita berdoa dan berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ibadah kita diterima, tentu dengan syarat ikhlas dan sesuai Sunnah Rasul shallalahu alaihi wa sallam. Semoga kita dipertemukan dengan Ramadhan kali ini dan dapat meraih berbagai keutamaannya. - See more at: http://www.arrahmah.com/news/2014/06/04/mempersiapkan-diri-menyambut-ramadhan.html#sthash.Z0HCzAju.dpuf
Semoga Allah memasukkan kita dalam golongan imanan wa ahtisaban hufira lahu ma taqaddama min dzambih ....amien