Semerbak harum Aroma bulan suci Ramadhan sudah menusuk qalbu, gegap gempita menyelimuti semua insan muslim, anak kecil maupun dewasa menyambut bulan mulia ini. Dikampung-ku mempunyai tradisi khusus untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Konon orang dahulu, jauh sebelum datang bulan Ramadhan ada woro-woro bahwa bulan suci akan datang agar semua mempersiapkan diri, jauh-jauh hari sehingga tatkala masuk bulan seribu bulan ini mereka sudah siap tempur melawan hawa nafsu dan angkara murka.
Pertengahan bulan Sya’ban masyarakat bersama-sama berziarah
ke makam para sanak family dengan wajah yang ceria, para kaum hawa shopping di
pasar musiman yang digelar. Pasar ini lengkap dengan komoditi pokok yang
dikonsumsi masyarakat, utamanya pasar hewan seperti kambing, sapi dan lainnya.
Di pinggiran desa..
Disamping shopping, pasar ini merupakan tempat transaksi
yang sangat setrategis, masyarakat tumplek-blek disitu (tambeng). Kiranya musim
seperti itu merupakan musim rezeki bagi penduduk daerah tambeng, dan daerah
lainnya. Momen seperti ini tidak disia-siakan oleh mereka untuk dijadikan
sebagai modal menjelang Ramadhan. Begitulah kiranya suasana dan model persiapan
menyambut bulan suci Ramadhan di desa buana.
Selain itu, masyarakat seolah tidak ada yang terbebani, dengan sadar dan penuh keikhlasan mereka menyiapkan “ambeng”—sejenis tumpeng yang disajikan di masjid/musola, sebelum itu biasanya dimulai dengan do’a bersama, membaca surat yasin tan tahlil bersama.
Selain itu, masyarakat seolah tidak ada yang terbebani, dengan sadar dan penuh keikhlasan mereka menyiapkan “ambeng”—sejenis tumpeng yang disajikan di masjid/musola, sebelum itu biasanya dimulai dengan do’a bersama, membaca surat yasin tan tahlil bersama.
Wajah ceria semua jama’ah menghiasi pemandangan yang
melebihi apapun, guyup rukun tidak ada beda sikaya setengah kaya dan si miskin,
disini tidak ada artinya status sosial itu., seolah semua lupa dengan status
yang berbeda itu, mereka menaggalkan status masing-masing, berbaur saling jabat
tangan dan mendoakan satu sama lain., sungguh indah pemandangan itu (harmoni),
membawa prinsip ukhuwah.
Dahulu, sekarang maupun yang akan datang….
Itu semua membentuk tradisi atau tamaddun (peradaban) yang akan selalu ada selama masih menjunjung
tinggi ukhuwah. Dahulu masyarakat
berbuka puasa di masjid-masjid yang mempunyai tanah wakaf, mereka
berbondong-bondong datang ke masjid sebelum maghrib untuk membaca al-Quran dan
mendengarkan pengajian, setelah dikumandangkan adzan maghrib kurma-kurma itu
dibagikan kepada semua yang hadir untuk berbuka puasa.
Hyah pemandangan depan rumah nenek itu yang sekarang aku rindukan…
Orang yang sudah berkeluarga, sebelum datang bulan Ramadhan biasanya menyiapkan makanan yang enak, lezat dan istimewa sesuai dengan seleranya masing-masing, tidak ketinggalan KURMA,.
Orang yang sudah berkeluarga, sebelum datang bulan Ramadhan biasanya menyiapkan makanan yang enak, lezat dan istimewa sesuai dengan seleranya masing-masing, tidak ketinggalan KURMA,.
Semua itu mereka persiapkan jauh-jauh hari sebelum Ramadhan,
tidak ayal lagi jika makanan tersebut mereka usung dari luar negeri seperti
India dan negeri kita (Indonesia) tercinta, bukan hanya itu mainan anak-anak
seperti boneka dan lainnya juga mereka datangkan, semua dilakukannya sebagai
persiapan menjelang bulan suci Ramadhan.
Anak-anak mencari bamboo untuk membuat tontongan untuk
membangunkan warga yang mau masak dan saur…
Saur…. Saur….. saur…. Saur….
Demikian suara polos anak-anak pinggiran peradaban…
Masih ingat betul dalam memoriku, betapa senangnya tradisi
yang hidup di sebuah desa kecil yang
jauh dari peradaban, namun begitu
membekas dalam diriku. Akan selalu ku kenang wahai desa kecil yang membesarkan
dan menemaniku hingga kini, semoga engkau subur selalu, hijau tidak dimakan
oleh ulat-ulat yang rakus dan haus akan harta…
Akhirnya,marilah
kita sambut bulan Ramadhan yang sudah di ambang pintu ini dengan
gembira dan suka cita. Marilah kita mempersiapkan diri untuk beribadah
dengan optimal pada Ramadhan ini. Kita berdoa dan berharap kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala agar ibadah kita diterima, tentu dengan syarat
ikhlas dan sesuai Sunnah Rasul shallalahu alaihi wa sallam. Semoga kita
dipertemukan dengan Ramadhan kali ini dan dapat meraih berbagai
keutamaannya. - See more at:
http://www.arrahmah.com/news/2014/06/04/mempersiapkan-diri-menyambut-ramadhan.html#sthash.Z0HCzAju.dpuf
Semoga Allah memasukkan kita dalam golongan imanan wa ahtisaban hufira lahu ma taqaddama min dzambih ....amien