Wednesday, June 11, 2014

Mengintip Lebih Dekat Senyum Dhanhoodtz


Sebuah catatan kecil-ku tentang seorang gadis yang memiliki sifat seperti kertas, lembut dan penuh lekukan, dan senyum manisnya yang khas, Hyah…meskipun ia terkadang masih suka “nesu”. Hehe..

Sebuah cerita seorang gadis yang hidup di tengah pergumulan modern, ia selalu menampakkan senyumnya yang khas. Ia adalah Dhanhoodtz

Katanya, Sebuah senyuman sanggup meredakan amarah seseorang. Wow, ajaib banget kan manfaat senyum ini yaa.  Bahkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Ernest L. Abel dari Wayne State University, Detroit, Amerika Serikat ditemukan bahwa orang yang sering tersenyum lebar memiliki umur yang lebih panjang dibanding dengan yang malas tersenyum.

Nah, masih malas tersenyum? Jangan, dong. Biar lebih semangat, ayok memamerkan senyum manis…
Senyum mungkin bagi kita adalah hal yang sangat sederhana dan mudah, cukup menarik sudut bibir ke arah samping dan menampakkan gigi kita. Namun tidak sesederhana itu, kadang tersenyum saat-saat tertentu sangatlah sulit. Terlebih jika kita tidak “mood” untuk tersenyum.Senyum mempunyai hubungan erat dengan karakter seseorang, karena tidak sedikit ditemukan sifat individu yang “murah senyum”…

Tapi tidak bagi Dhanhoodtz, Gadis kelahiran ungaran Semarang, 20 tahun yang lalu. Ia selalu tersenyum ceria walupun dibalik senyumnya itu tersimpan sebuah misteri yang ingin dipahami setiap yang melihatnya…

O… pantes Dhanhoodtz begitu anggun ketika tersenyum liat aja tu senyumnya menggetarkan hati…kwkw  

Maasa sich…

Meskipun, Ratusan hari Dhanhoodtz telah bersama saudara/i melewati pahit manisnya belajar dan berorganisasi dari posisi yang terbawah, hingga kita berada posisi teatas…

Hanya beberapa meter jarak kita, namun serasa berpuluh-puluh kilo meter, satu-satunya cara yang ada, menulis untuk bercerita..

“Berhentilah sejenak wahai waktu, atau kembalilah ke titik awal pertemuan itu. Ada keluh kesah yang ingin aku ungkapkan yang harus terucap sebelum semuanya berakhir untuk kalian yang selalu bersamaku”… demikian tutur Dhanhoodtz.,

Suatu hari, di mana rintik hujan menetes dari luar kamar Dhanhoodtz. ia menatap hampa ke atas langit kelabu yang sejak pagi tidak menampakkan sinarnya. Hari ini seolah ikut berduka dengan keadaannya. Demam. Ya, tepatnya ia demam. Dan ini menjadi alasannya untuk tidak ngampus, meski begitu ia selalu tersenyum manis…

Tatapan Dhanhoodtz kemudian dialihkan pada handphone yang sedari tadi bergetar di sisi tempat tidur. Terlihat pesan dari salah satu teman akrabnya, namun ia tak ingin menyebutnya sebagai sahabat… “Entah kenapa aku juga tak tau”…kata Dhanhoodtz.

Pada suatu pagi yang cerah dimana matahari tersenyum manis memancarkan sinarnya.. yang penuh keagungan. Semangat sang mentari mampu membuat ia lebih tersenyum dan menghilangkan kegundahan yang akhir-akhir ini menyelimuti hati. Mengundang burung-burung untuk menari-nari mengepakkan sayapnya di pohon-pohon yang rindang.

Dhanhoodtz berjalan keluar dengan tas item yang senantiasa menggelayuti punggungnya. Jilbab putihku tertiup angin pagi disertai jatuhan embun dari pepohonan. Jalanan di kompleks tanjung sari terlihat sepi, hanya ada satu-dua orang yang pergi ke pasar untuk berjualan, memenuhi kebutuhan hidupnya…

tak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di kampus. sesampaikan di sana...

“bobo”  nama samaran, panggil suara jernih yang lumayan akrab di telinganya. ia menoleh dan tersenyum kecil ke arah pemilik suara itu. Ia sedikit berlari dengan membiarkan jilbabnya terurai bebas, sesekali ia membetulkan jilbabnya, dan meniup ujung jilbab dari bibirnya yang indah itu..

iyah betul begitu…

Optimis menapaki hari-hari dengan keceriaan, demikian pantulan cahaya yang dihasilkan senyum Dhanhoodtz…

“Hmmm… are you sure?”

Yaps..hehe

***

Semacam Rindu pada Senyum Dhanhoodtz..
Saat itu hujan senang menyapa penduduk bumi Ngalian...
“Banyak orang bilang kalau hujan itu anugerah. Betul kan?”
“Ah, mereka yang bilang begitu tak sepenuhnya tahu dari mana dibuatnya hujan”
“Memangnya kau tahu?”

“Hujan itu sebenarnya kumpulan kenangan buram di masa kelam. Bahkan langit pun tak kuasa menahan kenangan, hingga langit melemparkannya ke segala arah berbentuk sepian kecil berupa tetes-tetes air. Nah, tetesan itu oleh orang-orang dinamakan gerimis, jika banyak menjadi hujan, jika menumpuk membentuk banjir. Kalau sudah begitu, tidak ada seorang pun yang menyukai banjir. Dan memang seharusnya begitu, hujan hanyalah senja di padang pasir, udaranya begitu kering.”

“Kau selalu saja punya pandangan yang aneh-aneh bobo”...demikian tutur Dhanhoodtz.. Di dunia ini tidak ada yang namanya…”

Belum selesai Dhanhoodtz melengkapi kalimatnya, tiba-tiba “mikkey” datang dengan wajah bersungut mendatangi kami yang sedang asik menanti hujan, kumpulan kenangan di masa kelam. Pakaiannya sangat berbeda dengan dulu kukenal. Sekarang dia bergincu merah terang, berkaos ketat hingga dadanya terlihat menantang. Jalannya seolah dibuat-buat, pinggul dipindah-pindah dari kanan ke kiri.

“Jangan lagi kalian berani berbincang tentang hujan. Karena hujan adalah kekasihku. Semua yang kalian bicarakan hanyalah kesia-siaan. Hujan itu jelmaan malaikat maut. Dia tak pandang bulu mau jatuh di daerah mana, karena itu memang tugasnya, membasah-ratai tanah bumi.”… ujar mikkey…

bobo tak mau kalah, mulutnya mulai mencucu, pertanda ingin berkata panjang-panjang. “Tapi ya sudahlah kita gak usah bahas ujan” kata bobo sambil mengerutkan dahi..

meski begitu  “aku sangat senang melihat senyummu Dhanhoodtz…?1?” kata bobo…

“Jika engkau rindu dengan aku, Cukuplah kau dekap aku dengan senyummu Dhanhoodtz” ” tutur bobo,..


Udah dulu yaa…

Aku ingin engkau sendiri yang menyirami ku dengan senyuman o Dhanhoodtz...

Senyuman singkat (dan hangat) yang tak lebih dari sepuluh detik (7 detik aja).hehehe. Ibaratnya bukan lagi seperti tanaman bunga, tapi seperti api mungil yang tersiram setumpah bensin. Membakar. Meliuk-liuk. Menjalar. Membara. Jadi takut aku mendengar namamu. Semoga aku tak bercerita tentangmu. Jika tidak, bergetarlah dadaku. Tersulut api mungil yang tersiram setumpah bensin…