Monday, May 9, 2016

Kau dan Aku, Satu

Kurasakan kau adalah aku dan aku adalah kamu. Ketika aku melihat sesuatu, sepertinya kamu yang sedang melihat sesuatu itu. Apabila aku sedang memikirkan sesuatu, seakan yang sedang memikirkan sesuatu itu kamu. Penglihatanku, penglihatanmu dan detak jantungku, detak jantungmu. Aku hidup, dan hidupku ini hidupmu. Kenyataannya memang begitu, bukan?

Sungguh tak pernah mengira sebelumnya, jika pada masanya aku dan kamu saling mengenal sampai sedekat ini, meskipun tadinya tak terpikirkan dibenakmu sosok dirimu. Namun seoalah-olah kehadiranmu yang tak ter-rencana kini memahami sedikit banyak unsur dari jiwamu bagian dari sebuah keharusanan tepatnya.,

Diri ini semakin banyak merencanakan apa-apa yang dulu tak pernah terpikirkan sebelumnya dan ketika rencana demi rencana terucap tanpa kendali, yang tersisa hanya tawaran untuk membangun kebersamaan kita dalam jalinan cinta suci, ridho Illahi.

Tercenung aku meratap sang ilahi, terimakasih ya robb sudah dititipkan segunung kebahagiaan ini, sekarung bayang-bayangannya yang enggan pergi, sekarung tatapan indah matanya yang selalu membayangi, sekarung kemanisannya yang tak tertandingi.,

aku takut kehilanganmu...

takut kebersamaan kita pudar sebelum waktunya (maut), takut jika tak kutemukan lagi sosok seindah dirimu, takut sungguh! ketakutan itu melebihi ketakutanku pada gelap malam, ketakutan itu menggumpal di dadaku saat ini ketakutan itu menjadikanku khawatir dan tak bersemangat ketakutan itu, jika nanti tak sanggup lagi kutemukan jiwa ragamu ketakutan itu bila ternyata pelukan kemarin adalah pelukan........

Tuhan, semestinya aku hanya pantas takut pada-Mu saja...

Tapi...

akhirnya air mata yang kurindukan, air mata bahagia tiada kecewa kubiarkan meraja-lela ku siap mengepakkan senyum semanis madu, bukan karena siapa dan untuk siapa, tapi untuk kamu ADV, itulah alasanku tersenyum manis. Biarlah senyumku ada sebagai tanda bahwa sukma ini sedang bahagia.

Andai saja kita tak pernah jumpa, bisa jadi aku tak sebahagia ini. Sudah menjadi bahagiamu juga, bukan? Bertemu denganku itu. Berjuta bayanganmu menyelinap dipikiranku, pagi, siang, sore dan seterusnya. Semakin sunyi diambang malam rindumu semakin mengginggil dan menjadi.

Kamu itu candu. Aku kecanduan kamu. Tiada bosan pula aku mengingatmu, tak henti- hentinya aku memikirkan tentangmu, membayangkan lagi guratan senyum yang pernah kau titipkan padaku. Hingga sampai sekarang kau sendiri lupa untuk mengambilnya. Banyak hal yang telah berhasil kucuri darimu. Kucuri keindahanmu, kelucuanmu, kerianganmu, kebaikanmu, kegokilanmu, kerendahan hatimu dan ketulusanmu padaku.

Haha..., biar orang lain mau bilang apa menilai kita. Yang benar aku rasakan kau orang yang tepat, menjadikan perasaan hatiku bertambah nyaman. Tak mau aku berpikir keras hubungan kita sampai mana, aku hanya ingin menikmati waktu ini bersamamu.

Ingat. Ketika rasa rindumu membelenggu, saat itu pula aku merindukanmu, sangat. Aku terbahak kemenangan, seperti tak yakin kalau kita saling beradu pandang mata, bertukar perasaan, dan sama-sama menggenggam tangan. Namun, pada kenyataannya memang seindah itu. Orang jawa bilang ini “Kasmaran”. Dunia seakan sedang dilanda musim semi, sekalipun kenyataannya sedang musim hujan, kecakapanmu dan kecakapanku membuat keterpurukan masa lalu kita pun hanyalah sesuatu yang pernah numpang lewat. Habis lewat dan bye - bye yaahhh..

Peluk aku dekap jangan engkau lepaskan, karna kau dan aku satu, ADV...


Wonosobo, 09/05/2016