Giddens
adalah teoritis sosial Inggris masa kini yang sangat penting dan salah seorang
dari sedikit teoritisi yang sangat berpengaruh
di dunia. Anthony Giddens lahir 18 Januari 1938 (Clark, Modgil dan Modgil, 1990). Ia
belajar di Universitas Hull, di the London School Economics, dan di Universitas
London. Tahun 1961 ia diangkat menjadi dosen di universitas Leicester. Karya
awalnya bersifat empiris dan memusatkan perhatian pada masalah bunuh diri.
Tahun 1969, ia beralih jabatan menjadi dosen sosiologi di Universitas Cambridge
dan sebagai anggota King’s College. Ia terlibat dalam studi tentang pencampuran
kultur, menghasilkan bukunya yang pertama yang mencapai penghargaan
internasional, berjudul The Class Structure of Advanced Societies
(1975).
Selama dekade berikutnya ia menerbitkan sejumlah karya teoritis
penting. Dalam karya-karyanya itu selangkah demi selangkah ia mulai membangun
perspektif teoritisnya sendiri, yang terkenal sebagai teori strukturasi. Tahun
1984 karya Giddens mencapai puncaknya dengan terbitnya buku The Constitution
of Society : Outline of the Theory of Society, yang merupakan pernyataan
tunggal terpenting tentang perspektif teoritis Giddens. Tahun 1985 ia diangkat
menjadi Profesor Sosiologi di Universitas Cambridge.
Giddens
berpengaruh dalam teori sosiologi lebih dari dua dekade. Ia pun berperan
penting dalam membentuk sosiologi Inggris masa kini. Salah satunya, ia menjadi
konsultan editor dua perusahaan penerbitan. Macmillan dan Hutchinson. Lebih
penting lagi, ia adalah salah seorang pendiri Polity Press, sebuah perusahaan
penerbitan yang sangat aktif dan berpengaruh terutama dalam teori sosiologi.
Giddens pun menerbitkan Sociology (1987), sebuah buku ajar yang
ditulisnya menurut gaya Amerika, yang mencapai sukses di seluruh dunia.
Sebagai
teoritisi, Giddens sangat berpengaruh terutama di AS maupun di berbagai bagian
dunia lain. Yang menarik, karyanya sering agak kurang diterima di negerinya
sendiri (Inggris), dibandingkan dengan di bagian dunia lain. Hal ini mungkin
disebabkan sebagian oleh kenyataan bahwa ia telah berhasil memenangkan
perlombaan mendapat pengikut teoritis di seluruh dunia yang telah dicoba
mencapainya oleh kebanyakan teoritis sosial Inggris lain dan gagal. Seperti
dikatakan Craib, “Giddens-lah kiranya menyadari fantasi kebanyakan kita, yang
menyatakan pendapat kita sendiri ke dalam sosiologi selama periode perdebatan
yang bersemangat dan menggairahkan ketika dikembangkannya teori strukturasi”
(1992:12).
Di
1980-an, karir Giddens mengalami serangkaian perubahan menarik (Bryant dan
Jary, 2000). Beberapa tahun terapi menggiringnya kepada ketertarikan yang lebih
besar terhadap kehidupan personal dan buku-buku seperti Modernity and
Self-Identity (1991) dan The Transformation of Intimacy (1992).
Terapi juga memberikan kepadanya kepercayaan diri untuk menjalankan peran
publik serta menjadi salah seorang penasehat Perdana Menteri Inggris Tony
Blair. Pada 1997 beliau menjabat sebagai direktur London School of Economic
(LSE), sebuah sekolah yang sangat disegani. Beliau memperkuat reputasi akademis
LSE dan pengaruhnya dalam wacana publik baik di Inggris maupun di seluruh
dunia. Ada beberapa suara yang menyatakan semua ini yang mengakibatkan
kemunduran kemampuan akademis Giddens (karyanya di 1990-an kurang dalam
membingungkan dibanding karya terdahulunya). Tapi beberapa waktu kemudian,
beliau kembali berkonsentrasi untuk menjadi kekuatan yang patut dipertimbangkan
di masyarakat.
Strukturasi Giddens: Sebuah Tawaran Jalan Tengah
Salah
satu teori yang mengintegrasikan agen-struktur adalah teori strukturasi yang
berusaha mencari ”jalan tengah” mengenai dualisme yang menggejala dalam
ilmu-ilmu sosial. Ada dua pendekatan yang kontras bertentangan, dalam memandang
realitas sosial. Pertama, pendekatan yang terlalu menekankan pada dominasi
struktur dan kekuatan sosial (seperti, fungsionalisme struktural, yang
cenderung ke obyektivisme). Kedua, pendekatan yang terlalu menekankan pada
individu (seperti, interaksionisme simbolik, yang cenderung ke subyektivisme).
Giddens
berpandangan dualisme yang terjadi antara agen-struktur terjadi karna
struktural-fungsional, yang menurutnya terjebak pada pandangan naturalistik.
Pandangan naturalistik mereduksi aktor dalam stuktur, kemudian sejarah dipan dang
secara mekanis, dan bukan suatu produk kontingensi dari aktivitas agen.
sedangkan konstruksionisme-fenomenologis, yang baginya disebut sebagai berakhir
pada imperialisme subjek. Oleh karenanya ia ingin mengakiri klaim-klaim
keduanya dengan cara mempertemukan kedua aliran tersebut.
Teori
strukturasi mengawinkan dua pendekatan yang berseberangan itu dengan melihat
hubungan dualitas antara agen dan struktur dan sentralitas ruang dan waktu.
Dimulai dualitas (hubungan timbal-balik) yang terjadi antara agen dan struktur
di dalam “praktik sosial (social practicesI) yang berulang dan terpola dalam
ruang dan waktu”, praktik social social yang berulang-ulang (repetisi) dari
agen-agen individu yang mereproduksi struktur tersebut. Misalnya kebiasaan menyebut
pengajar di perguruan tinggi dengan sebutan dosen.
Pelaku
(agen) dalam strukturasi adalah “orang-orang yang konkret dalam arus kontinu
tindakan dan peristiwa di dunia” sedangkan struktur didefinisikan “aturan (rules)
dan sumber daya (source) yang terbentuk dari dan membentuk perulanan praktik
sosial.” Sehingga alur dualitas agen-struktur tersebut terletak pada “struktur
sosial merupakan hasil (Outcome) dan sekaligus. Dualitas itu terdapat dalam
fakta struktur bagai panduan dalam menjalankan praktik-praktik sosial di
berbagai tempat dan waktu sebagai hasil tindakan kita. Sifat struktur adalah
mengatasi waktu dan ruang (timeless and spaceless) serta maya (virtual),
sehingga bisa diterapkan pada berbagai situasi dan kondisi.
Kedua,
giddens melihat sentralitas waktu dan ruang, sebagai poros yang menggerakkan
teori strukturasi dimana sentralitas waktu dan ruang menjadi kritik atas statik
melawan dinamik maupun stabilitas melawan perubahan, waktu dan ruang merupakan
unsur konstitutif tindakan dan pengorganisasian masyarakat. Hubungan waktu dan
ruang bersifat kodrati dan menyangkut makna serta hakikat tindakan itu sendiri.
Jadi
tindakan yang disengaja (dengan tujuan tertentu sering mengakibatkan akibat
yang tak diharapkan). Dualitas Struktur dan sentralitas waktu dan ruang menjadi
poros terbentuknya teori strukturasi dan berperan dalam menafsirkan kembali
fenomena-fenomena modern, seperti negara-negara, globalisasi, ideologi, dan
identitas. Teori strukturasi menunjukkan bahwa agen manusia secara kontinyu
mereproduksi struktur sosial, artinya individu dapat melakukan perubahan atas
struktur sosial. Giddens berpandangan perubahan itu dapat terjadi bila agen
dapat mengetahui gugus mana dari struktur yang bisa ia masuki dan dirubah,
gugus tersebut antara lain gugus signifikansi, dominasi, dan legitimasi.
Dualitas
antara struktur dan pelaku berlangsung sebagai berikut kita ambil pengertian
struktur sebagai sarana prraktik sosial. Dalam perusahaan, tindakan tidak
membuka komputer milik kayawan lain, menjaga kebersihan diri dan tempat kerja
mengandaikan struktur penandaan tertentu, misalnya norma yang terdapat pada sebuah
perusahaan tersebut yang menjadi praktik tindakan saling menghormati antar
karyawan tersebut. Demikian pula penguasaan dan penggunaan aset finansial
(ekonomi) atau pengontrolan majikan atas para buruh (politik) mengandaikan
skemata dominasi. Pola yang sama juga berlaku ketika manajer memberi hukuman
bagi karyawan yang melakukan kesalahan, pemberian sanksi ini merupakan struktur
legitimasi.
Tetapi
struktur tidak seta merta menjai struktur tanpa didahului perulangan praktik
sosial, misalnya dalam sebuah perusahaan, pembakuan peraturan perusahaan
sebagai struktur signifikansi hanya terbentuk melalui perulangan berbagai
informasi mengenai wacana peraturan perusahaan tersebut. Peraturan perusahaan
sebagai struktur dominasi semakin baku hanya terbentuk karena perulangan
berbagai praktik penguasaan yang terjadi dalam wadah-wadah tunggal tetentu
misalnya adanya divisi kepatuhan yang bertugas mengecek penerapan peraturan
perusahaan. Dan struktur legitimasi peraturan perusahaan menjadi semkin kokoh,
misalnya melalui keterulangan penerapan sanksi terhadap para karyawan yang
sering terlambat masuk kantor.
Namun
sebagaimana nampak dalam skema diatas, dualitas antara struktur dan tindakan
selalu melibatkan sarana-antara. Dalam contoh diatas, peraturan perusahaan
mengandaikan ’bingkai-interpretasi’ mengenai peraturan perusahaan, yaitu
peraturan perusahaan merupakan tata aturan dari perusahaan yang harus dipatuhi
oleh seluruh karyawan. Dalam dualitas antara struktur dominasi dan praktik
penguasaan, yaitu divisi kepatuhan memiliki fasilitas untuk memanggil karyawan
yang diduga melakukan pelanggaran terhadap peraturan perusahaan. Mengenai
dualitas legitimasi dan sanksi, peraturan perusahaan bisa menjadi dasar untuk
menegur atau memecat karyawan yang telah menyalahi peraturan tersebut.
Reproduksi sosial berlangsung melalui dualitas dan praktik sosial seperti itu. Menurut
Giddens lalu memberikan definisi mengenai struktur yaitu sebagai berikut :
Menurut Giddens, Struktur, merupakan komponen teori strukturasi, struktur didefinisikan sebagai “property-properti yang berstruktur [aturan dan sumber daya]… property yang memungkinkan praktik social berupa yang dapat dijelaskan untuk eksis di sepanjang ruang dan waktu yang membuatnya menjadi bentuk sistemik”. Struktur dapat terwujud jika terdapat aturan dan sumber daya. Sehingga konsep strukturasi menyatakan bahwa “struktur hanya ada di dalam dan melalui aktivitas agen manusia” Jadi Giddens mengemukakan definisi struktur yang berbeda dari durkeim dimana struktur sebagai suatu yang berada di luar actor dan mementukan arah actor secara mutlak. Giddens tidak sepakat bahwa struktur berada “diluar” dan “eksternal” terhadap aktivitas individu. Seperti yang diungkapkan “menurut saya, struktur adalah apa yang membentuk dan menentukan terhadap kehidupan sosial, tetapi bukan struktur itu sendiri yang membentuk dan menentukan kehidupan sosial itu. Sehingga dalam permasalahan ini menganggap adanya dwi rangkap struktur yang menunjukkan bahwa agen manusia secara kontinyu mereproduksi struktur sosial, artinya individu dapat melakukan perubahan atas struktur sosial.
Struktur
seperti ekspektasi hubungan, kelompok peran dan norma-norma, jaringan
komunikasi dan institusi sosial baik pengaruh dan mempengaruhi oleh aksi
masyarakat. Struktur-struktur di sini memfasilitasi secara individu dengan
aturan-aturan yang memandu aksi mereka, tetapi aksi mereka menciptakan
aturan-aturan baru dan mereproduksi yang lama. Interaksi dan struktur dekat
dengan kata lain kita melakukan untuk melengkapi intensi kita tetapi pada waktu
yang sama, aksi kita memiliki unintended consequences (konsekuensi tidak
terintensi) membangun struktur yang mempengaruhi aksi ke depan kita. Sejatinya yang
menjelaskan bagaimana struktur bisa terbentuk melalui perulangan praktik sosial
adalah kesadaran. Giddens membagi tiga dimensi kesadaran, yaitu motivasi tak
sadar(unconsciousness motives), kesadaran praktis (practical consciousness),
dan kesadaran diskursif(dircusive consciousness). ‘Motivasi tak sadar’
menyangkut keinginan atau kebutuhan yang berpotensi mengarahkan tindakan,
tetapi bukan tindakan itu sendiri, misalnya jarang ‘tindakan’ kita kuliah
digerakkan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan, kecuali pergi ke kampus pada
hari wisuda.
Lain
dengan motivasi tak sadar, ‘kesadaran diskursif’ mengacu pada kapasitas kita
merefleksikan dan memberikan penjelasan rinci serta eksplisit atas tidakan
kita, misalnya mengapa karyawan mencoba datang tidak terlambat di kantor karena
karyawan menghindari teguran atasan. ‘kesadaran praktis’ menunjuk pada gugus
pengetahuan praktis yang tidak selalu bisa diurai. Misalnya mahasiswa ketika
akan mengikuti kuliah wajib bersepatu tanpa dipertanyakan lagi, dengannya kita
melaksanakan kehidupan sehari-hari tanpa harus terus-menerus menanyakan apa
yang harus dilakukan. rutinitas hidup personal maupun social terbentuk melalui
kinerja gugus kesadaran praktis.
Kesadaran
praktis ini merupakan kunci memahami proses tindakan dan praktik sosial kita
lambat-laun menjadi struktur dan bagaimana struktur itu mengekang serta
memampukan tindakan praktik sosial kita. Reproduksi struktur sosial berlangsung
lewat keterulangan praktik sosial yang jarang kita pertanyakan lagi, rutinitas
kuliah menggunakan baju berkerah dan bersepatu serta tepat waktu, pada
gilirannya membentuk skemata menghargai kampus sebagai tempat intelektual,
proses strukturasi ini terjadi pada tingkat kesadaran praktis dan pada tingkat
ini pula struktur dibangun dan dilanggengkan dalam rutinisasi dan direproduksi.
Ini bisa berlangsung karena pada tindakan sosial yang berulang-ulang berakar
suatu rasa aman ontologis.
Namun
bukan berarti reproduksi struktur sosial yang ada tanpa adanya perubahan,
perubahan menjadi hal yang selalu mengikuti reproduksi sosial betapapun
kecilnya perubahannya. Munculnya gagasan intropeksi dan mawas diri (reflexive
monitoring of conduct) dari Giddens menyatakan pelaku dapat memonitor
tindakannya dimana terbentuk daya refleksifitas dalam diri pelaku untuk mencari
makna/nilai dari tindakannya tersebut kemudian agen mengambil jarak dari
struktur akhirnya meluas hingga berlangsung ’de-rutinisasi’. Derutinisasi
adalah gejala dimana schemata yang selama ini menjadi aturan dan sumberdaya
tindakan serta praktik social dianggap tidak lagi dapat untuk dipakai sebagai
prinsip pemakanaan dan pengorganisasian praktik social sehingga terjadi
tindakan yang menyimpang dari rutinitas.tAkhirnya muncul keusangan struktur
dikarenakan semakin banyaknya agen yang mengadopsi kesadran diskursif dan
mengambil jarak dengan struktur, maka dibutuhkan perubahan struktur agar lebih
sesuai dengan praktik sosial yang terus berkembang secara baru.[]