Secara pribadi, dalam setiap situasi baik dalam
suka ataupun duka aku selalu mencoba untuk mengartikan sesuatu yang dapat
diambil hikmahnya dari itu semua. Dan sebagai catatan beberapa waktu ini, aku
ingin sedikit menuliskan tentang pelajaran hidup yang menurutku sangat
berharga. Memang benar, belajar itu bukan hanya sekedar membaca buku atau
dengan kata lain didapatkan dari sekolah formal. Memahami alam, kehidupan yang
ada, dan belajar dari kemauan hati dapat juga disebut belajar.
Memanage diri sendiri, sampai saat ini masih
sulit untuk berhasil aku lakukan. Tentang emosiku yang kurang stabil, serta
tindakan-tindakanku masih terkesan tidak dewasa. Umur yang cukup ternyata bukan
jaminan pantas dikatakan dewasa. Menjaga diri, mengatur diri sendiri,dan
memperjuangkan hidup diri sendiri itu penting. Egoku kurasa masih sangat tinggi
sekali.
Sebagai seseorang yang kurasa aku ini kurang
perhatian dari orang tua, pada kenyataannya aku berada jauh dengan orang tua.
Seagala nasihat sudah berulang kali aku dapatkan dengan bahan pembicaraan yang
sama. Ada yang sanggup aku patuhi dengan baik dan sebaliknya.
Bersosialisasi dengan orang lain juga sewajarnya,
seperlunya dan rupanya aku bukan seperti anak-anak remaja lainnya yang suka
jalan ke sana-kemari, nge-gank, shopping, atau pacaran tiap malam Minggu. Tak
jarang aku menganggap diriku ini ”Extreme”, penuh komplikasi dan aneh!
Barangkali perlu mendapat perawatan dari dokter jiwa!
Berapa catatan ini menjadi jalan pintas melawan
rasa malas untuk menulis pada akhir-akhir ini. Aku yang termasuk orang yang
mencoba untuk bisa bertahan hidup dalam keadaan apapun, mempercayai bahwa dunia
itu sama seperti apa yang kita pikirkan.
Tadinya aku menganggap hidup ini simpel,
sederhana. Tapi ternyata itu adalah pandangan hidup seorang ABG yang berusaha
berpikir dan hanya menggunakan logika berpikir ala anak muda yang baru gede,
memang benar produk pemikiranku hasil dari apa yang aku pelajari dan aku baca
selama itu., logika filsafat, saince dan ilmu sosial humaniora ternya belum
mampu mempu membuat pandangan hidup bijak, ini menunjukkan bahwa cara
berpikirku masih simple.
Ternyata tidak, hidup tidak se-sederhana yang aku
pikirkan tempo doeloe 2-4 years ago. Lebih
kompleks dengan segala pernak-pernik yang ada. Realitas empirik itulah hidup.,
keluarga (orang tua) saudara-saudara, teman-teman dan orang yang ada di
sekeliling kita. Sensitifitas empirik lebih kan lebih banyak memaksa kita pada
pemakluman ideal yang sebenarnya sangat bertolak dengan yang aku pelajari
selama ini.
Bagi temen-temen—yang kebetulan mendapat anugrah
pernah kuliah—saya sampaikan mahasiswa adalah orang tidak pernah
mempermasalahkan dan menganggap kita salah. Kita seperti raja, bebas berbuat
sesuka hati, tanpa mempertimbangkan resiko yang ada (diluar orientasi nilai
IPK). Mahasiswa tidak pernah sedikirpun mempunyai ego untuk memikirkirkan
bagaimana kompleksnya kehidupan luar kampus.
Ketika aku sudah siap dan mantap untuk lulus dari
kuliah (s1), dengan segala konsekuensinya. Ternyata aku dipukul mundur oleh
realita yang tidak menghendaki aku untuk terjun dimasyarakat. Perasaan yang
hingga dalam benakku saat itu adalah betapa sulitnya untuk memahami atau bahkan
(jika tidak berlebihan) memberi pemahaman kepada masyarakat. Tentang pandangan
hidup sesuai dengan teori. Tapi apa, hasilnya nihil.
Realita lebih komplek dari sekedar apa yang ada
dalam teori. Butuh kebesaran jiwa. Disinyalir, Pola pikir seorang yang satu
dengan yang lainnya sudah pasti akan beragam, tak lepas dari pengaruh
lingkungannya, pengaruh dari prespektifnya berpikirnya masing-masing, dari
bagaimana orang itu menangkap sesuatu dengan logika dan perasaannya. Dan
bersifat subyektif. Orang kaya yang mengalami penyakit berat belum tentu
bahagia, dibandingkan dengan orang yang kurang mampu tapi sehat.
Pandangan tentang bagaimana dunia ini yang
sebenarnya, apakah dunia ini kejam, tak adil, penuh dengan sandiwara, dunia ini
tak indah, dunia ini seperti neraka atau pun dunia ini tempat yang indah
semuanya akan seperti apa yang kita pikirkan. Pikiran baik akan mempengaruhi
perasaan baik didalam hati kita dan sebaliknya.
Kesanggupan mengatakan semua itu kembali ke hati
masing-masing. Yang jelas hidup, kehidupan dan apa saja yang sudah ada dalam
hidup ini akan ada sesuai dengan keberadaannya itu sendiri. Dikatakan bahwa
hidup itu penuh misteri, hidup itu menyeramkan, hidup itu tak mudah untuk
dijalani.
Aihhh, sekuat apapun yang namanya manusia tetap
akan mati! Kalau sudah mati ya mati. Bangkai manusia sudah tak bisa kembali
menjadi tubuh manusia yang seutuhnya. Tapi, aku, kamu, dan mereka mau nggak sih
kalau hidup bahagia, tercukupi apa yang kita butuhkan, terwujud segala apa yang
kita cita-citakan? Jawabannya mau banget!
Walaupun pada akhirnya kita akan mati, selama
kita hidup dan selama kita mempertahankan diri untuk tetap hidup dengan
sebaik-baiknya. Perjuangan hidup itu sering kita sebut dengan yang namanya
usaha. Sandang, pangan, papan merupakan tiga hal pokok mendasar sesuatu yang
harus terpenuhi dalam setiap keseharian kita. Setelah itu, mendapatkan
pengetahuan/pendidikan, mendapatkan pekerjaan yang layak, serta kehidupan yang
mapan menjadi dambaan dari setiap kita untuk bisa mendapatkan semua itu dengan
jalan usaha.
Mencermati kata ”Usaha” sebenarnya pantas untuk
diuraikan dengan benar. Usaha setiap orang beragam sesuai dengan kemampuannya.
Hasil dari sebuah usaha pun setara dengan apa yang sanggup diusahakannya. Usaha
erat dengan energi. Sebagai manusia, energi itu dapat berupa pikiran dan
tenaga.
"namun, sudahkah aku mengoptimalkan pikiran dan tenaga aku selama aku hidup?”
Aku, kamu, mereka semua mempunyai energi.
Dimana energi yang tertulis diatas tadi terdiri dari tenaga dan pikiran.
Merencanakan sesuatu itu baik, namun saat yang kita rencanakan itu gagal. Pasti
perasaan kita tak senang, logika mengatakan ada baiknya kalau kita mengusahakan
apa yang sudah terencana diperbaiki dan kita tak menyerah.
Pada tubuh kita, telinga hanya ada di kepala
bagian kanan dan kiri, begitu juga mata kita. Banyak sesuatu yang tak kita
ketahui diluar kemampuan kita. Banyak sekali sesuatu yang menaburi hati dan
pikiran. Orang bilang hidup itu harus direncana, hidup harus diperjuangkan
dengan jalan usaha. Apabila sesuatu yang kita harapkan belum berhasil, cobalah
usahakan lagi. Berusahalah untuk tidak takut menjalani masa tersulit dalam
hidup sebab ada banyak pelajaran yang dapat dijadikan pelajaran.
Hidup, Dunia dan bahagia.
Hanya dari pikiran positif kita akan mendapati
perasaan bahagia, dunia akan serupa dengan apa yang kita pikirkan, sesuai
dengan apa yang kita kira, dan yang kita renungi. Merasa bahagia berada di
dunia itu orang yang sebenar-benarnya hidup. 2015 akan menjadi tolok ukur
kehidupan kita di tahun berikutnya.
Finally,
hidup itu indah….dan sebaik-baiknya rencana ialah rencana-Nya!
(Sedikit kata-kata yang tertulis ini sangat sederhana, namun menjadi
mahal tak kala pikiran dan hati sedang tidak berfungsi baik sebagaimana
mestinya. Hidup tak bisa lepas dari kata ingin menyerah, hampir stress atau
depresi. Yang terpenting, sewaktu kita mengalami kemurungan dalam hidup obat
pertama yang mampu menyembuhkan ketidak bahagiaan, ketidak senangan kita
berasal dari pikiran positif/baik kita dan pengendalian
diri yang terbaik semua berasal hanya dari diri kita sendiri). Wallahu ‘alam