Thursday, January 1, 2015

Catatan Ahir Tahun, Baru!



Secara pribadi, dalam setiap situasi baik dalam suka ataupun duka aku selalu mencoba untuk mengartikan sesuatu yang dapat diambil hikmahnya dari itu semua. Dan sebagai catatan beberapa waktu ini, aku ingin sedikit menuliskan tentang pelajaran hidup yang menurutku sangat berharga. Memang benar, belajar itu bukan hanya sekedar membaca buku atau dengan kata lain didapatkan dari sekolah formal. Memahami alam, kehidupan yang ada, dan belajar dari kemauan hati dapat juga disebut belajar.
Memanage diri sendiri, sampai saat ini masih sulit untuk berhasil aku lakukan. Tentang emosiku yang kurang stabil, serta tindakan-tindakanku masih terkesan tidak dewasa. Umur yang cukup ternyata bukan jaminan pantas dikatakan dewasa. Menjaga diri, mengatur diri sendiri,dan memperjuangkan hidup diri sendiri itu penting. Egoku kurasa masih sangat tinggi sekali.

Sebagai seseorang yang kurasa aku ini kurang perhatian dari orang tua, pada kenyataannya aku berada jauh dengan orang tua. Seagala nasihat sudah berulang kali aku dapatkan dengan bahan pembicaraan yang sama. Ada yang sanggup aku patuhi dengan baik dan sebaliknya.

Bersosialisasi dengan orang lain juga sewajarnya, seperlunya dan rupanya aku bukan seperti anak-anak remaja lainnya yang suka jalan ke sana-kemari, nge-gank, shopping, atau pacaran tiap malam Minggu. Tak jarang aku menganggap diriku ini ”Extreme”, penuh komplikasi dan aneh! Barangkali perlu mendapat perawatan dari dokter jiwa!

Berapa catatan ini menjadi jalan pintas melawan rasa malas untuk menulis pada akhir-akhir ini. Aku yang termasuk orang yang mencoba untuk bisa bertahan hidup dalam keadaan apapun, mempercayai bahwa dunia itu sama seperti apa yang kita pikirkan.

Tadinya aku menganggap hidup ini simpel, sederhana. Tapi ternyata itu adalah pandangan hidup seorang ABG yang berusaha berpikir dan hanya menggunakan logika berpikir ala anak muda yang baru gede, memang benar produk pemikiranku hasil dari apa yang aku pelajari dan aku baca selama itu., logika filsafat, saince dan ilmu sosial humaniora ternya belum mampu mempu membuat pandangan hidup bijak, ini menunjukkan bahwa cara berpikirku masih simple.

Ternyata tidak, hidup tidak se-sederhana yang aku pikirkan tempo doeloe 2-4 years ago. Lebih kompleks dengan segala pernak-pernik yang ada. Realitas empirik itulah hidup., keluarga (orang tua) saudara-saudara, teman-teman dan orang yang ada di sekeliling kita. Sensitifitas empirik lebih kan lebih banyak memaksa kita pada pemakluman ideal yang sebenarnya sangat bertolak dengan yang aku pelajari selama ini.

Bagi temen-temen—yang kebetulan mendapat anugrah pernah kuliah—saya sampaikan mahasiswa adalah orang tidak pernah mempermasalahkan dan menganggap kita salah. Kita seperti raja, bebas berbuat sesuka hati, tanpa mempertimbangkan resiko yang ada (diluar orientasi nilai IPK). Mahasiswa tidak pernah sedikirpun mempunyai ego untuk memikirkirkan bagaimana kompleksnya kehidupan luar kampus.

Ketika aku sudah siap dan mantap untuk lulus dari kuliah (s1), dengan segala konsekuensinya. Ternyata aku dipukul mundur oleh realita yang tidak menghendaki aku untuk terjun dimasyarakat. Perasaan yang hingga dalam benakku saat itu adalah betapa sulitnya untuk memahami atau bahkan (jika tidak berlebihan) memberi pemahaman kepada masyarakat. Tentang pandangan hidup sesuai dengan teori. Tapi apa, hasilnya nihil.

Realita lebih komplek dari sekedar apa yang ada dalam teori. Butuh kebesaran jiwa. Disinyalir, Pola pikir seorang yang satu dengan yang lainnya sudah pasti akan beragam, tak lepas dari pengaruh lingkungannya, pengaruh dari prespektifnya berpikirnya masing-masing, dari bagaimana orang itu menangkap sesuatu dengan logika dan perasaannya. Dan bersifat subyektif. Orang kaya yang mengalami penyakit berat belum tentu bahagia, dibandingkan dengan orang yang kurang mampu tapi sehat.

Pandangan tentang bagaimana  dunia ini yang sebenarnya, apakah dunia ini kejam, tak adil, penuh dengan sandiwara, dunia ini tak indah, dunia ini seperti neraka atau pun dunia ini tempat yang indah semuanya akan seperti apa yang kita pikirkan. Pikiran baik akan mempengaruhi perasaan baik didalam hati kita dan sebaliknya.

Kesanggupan mengatakan semua itu kembali ke hati masing-masing. Yang jelas hidup, kehidupan dan apa saja yang sudah ada dalam hidup ini akan ada sesuai dengan keberadaannya itu sendiri. Dikatakan bahwa hidup itu penuh misteri, hidup itu menyeramkan, hidup itu tak mudah untuk dijalani.

Aihhh, sekuat apapun yang namanya manusia tetap akan mati! Kalau sudah mati ya mati. Bangkai manusia sudah tak bisa kembali menjadi tubuh manusia yang seutuhnya. Tapi, aku, kamu, dan mereka mau nggak sih kalau hidup bahagia, tercukupi apa yang kita butuhkan, terwujud segala apa yang kita cita-citakan? Jawabannya mau banget!

Walaupun pada akhirnya kita akan mati, selama kita hidup dan selama kita mempertahankan diri untuk tetap hidup dengan sebaik-baiknya. Perjuangan hidup itu sering kita sebut dengan yang namanya usaha. Sandang, pangan, papan merupakan tiga hal pokok mendasar sesuatu yang harus terpenuhi dalam setiap keseharian kita. Setelah itu, mendapatkan pengetahuan/pendidikan, mendapatkan pekerjaan yang layak, serta kehidupan yang mapan menjadi dambaan dari setiap kita untuk bisa mendapatkan semua itu dengan jalan usaha.

Mencermati kata ”Usaha” sebenarnya pantas untuk diuraikan dengan benar. Usaha setiap orang beragam sesuai dengan kemampuannya. Hasil dari sebuah usaha pun setara dengan apa yang sanggup diusahakannya. Usaha erat dengan energi. Sebagai manusia, energi itu  dapat berupa pikiran dan tenaga.

"namun, sudahkah aku mengoptimalkan pikiran dan tenaga aku selama aku hidup?”

Aku, kamu, mereka semua mempunyai energi. Dimana energi yang tertulis diatas tadi terdiri dari tenaga dan pikiran. Merencanakan sesuatu itu baik, namun saat yang kita rencanakan itu gagal. Pasti perasaan kita tak senang, logika mengatakan ada baiknya kalau kita mengusahakan apa yang sudah terencana diperbaiki dan kita tak menyerah.

Pada tubuh kita, telinga hanya ada di kepala bagian kanan dan kiri, begitu juga mata kita. Banyak sesuatu yang tak kita ketahui diluar kemampuan kita. Banyak sekali sesuatu yang menaburi hati dan pikiran. Orang bilang hidup itu harus direncana, hidup harus diperjuangkan dengan jalan usaha. Apabila sesuatu yang kita harapkan belum berhasil, cobalah usahakan lagi. Berusahalah untuk tidak takut menjalani masa tersulit dalam hidup sebab ada banyak pelajaran yang dapat dijadikan pelajaran.

Hidup, Dunia dan bahagia.

Hanya dari pikiran positif kita akan mendapati perasaan bahagia, dunia akan serupa dengan apa yang kita pikirkan, sesuai dengan apa yang kita kira, dan yang kita renungi. Merasa bahagia berada di dunia itu orang yang sebenar-benarnya hidup. 2015 akan menjadi tolok ukur kehidupan kita di tahun berikutnya.

Finally, hidup itu indah….dan sebaik-baiknya rencana ialah rencana-Nya!
(Sedikit kata-kata yang tertulis ini sangat sederhana, namun menjadi mahal tak kala pikiran dan hati sedang tidak berfungsi baik sebagaimana mestinya. Hidup tak bisa lepas dari kata ingin menyerah, hampir stress atau depresi. Yang terpenting, sewaktu kita mengalami kemurungan dalam hidup obat pertama yang mampu menyembuhkan ketidak bahagiaan, ketidak senangan kita berasal dari pikiran positif/baik kita dan pengendalian diri yang terbaik semua berasal hanya dari diri kita sendiri). Wallahu ‘alam